Friday 28 January 2011

Ghaflah


Gafhlah (lalai) : Pengertian dan jenis-jenisnya
1.Pengertian Ghaflah
Ghaflah adalah salah satu penyakit yang paling berbahaya yang menimpa individu dan umat. Ia adalah penyakit yang amat membinasakan, yang membunuh kebaikan dan penghancur semangat. Ia adalah pohon yang buruk, yang disirami dengan air kebodohan dan membuahkan suul hatimah.
Ia adalah penyakit yang keras, yang membuat seseorang kehilangan tujuannya, dan menghabiskan energinya. Jika ia mengenai seorang alim, maka ia akan meninggalkannya dalam keadaan jahil. Jika ia mengenai orang kaya, niscaya ia meninggalkannya dalam keadaan miskin..Jika ia menimpa orang terhormat, niscaya ia akan mengubahkannya menjadi orang hina.
Ia adalah kehinaan tampa kematian. Kesia-siaan tanpa ada yang hilang. Hijabnya tampak lembut,, kemudian tambah tebal dikit demi sedikit sehingga hijab itu pun menjadi tebal dan membuat hati menjadi terbalik tampa ada kebaikanpadanya.
Pengertian Secara Bahasa
Kata Ghafala asy-sya’a wa ahmalahu adalah satu makna(hal ini jika ia melalaikan sesuatu danmelupakannya karena tiidak mengingatnya). Kata ghafala ‘anisy-syai’I ghaflatan melupakannya karena kurang mengingatkannya dan kurang sadar serta Dallam keadaan lalai . Agfhlasy syai’a bermakna membiarkannya sia-siakan tanpa terlupakan. Tagahafala bermakna sengaja melupakan atau pura-pura lupa. Kata istaghfala bermakna menilainya lalai dan kelalainya terlihat. Mughaffal adalah orang yang tidak mempunyai kecerdasan.
Dengan demikian, ghaflan adalah kata yang dibawahnya termasuk semua hal yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan karena sibuk atau menyibukkan diri deengan apa yang lebih rendah dari itu.
Al Qur’an membicarakan fenomena ini dalam banyak tempat seperti dalam firman Allah S.W.T sebagai berikut:

\; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Allah juga berfirman,
“. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Sayyid Quthb berkata, “Mereka tidak membuka hati mereka yang telah dianugrahkan kepada mereka agar mereka memahami. Padahal, bukti-bukti keeimanan dan petunjuk sangat jelas dalam wujud dan risalah-risalah yang ditangkap oleh hatiyang terbuka dan pandangan yang tidak tertutup.
Mereka tidak membuka mata merreka untuk melihat ayat-ayat semesta yang Allah hamparkan dan mreka tidak membuka telingamereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang dibacakan. Mereka telah menonaktifkan perangkat yang telah dianugrahkan kepada mereka dan tidak menggunakannya dengan seharusnya. Sehingga, mereka hidup dalam keadaan lalai dan tidak ber-tadabbur.
Sikap lalai merupakan suatu perlakuan yang salah terhadap segenap potenssi dan energy yang ada. Tentunya sikap seperti itu sama sekali tidak memberikan faedah,, malah membahayakan dan membinasakan. Al- Qur,anil karim menegaskan rusaknya kecenderungan seperi ini dan menamakannya sebagai kelalaian Allah swt berrfirman,
“ Mereka hanya mengetahui yang lahir(saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adlah lalai”
Ia memperhatikan urusan-urusan dunianya dengan mengalahkan akhiratnya. Dalam urusan dunia ia sangat pandai dan senagng berkompetisi, sedangkan dalam urusan akhirat ia adalah sosok yang lalai dan gagal.
“ Ia senang dengan dunia dan menyia-nyiakan agamanya dan tidak ada dirumahnya yang tersia-siakan.”
  • Kelalaian itu bisa terjadi karena prilaku yang tidak sadar akibat dari factor-faktor sebelumnya. Misalnya banyak dosa, terbiasa melakukan kemaksiata, rusaknya lingkungan, dan berteman dengan orang-orang lalai. Semua hal ini bisa membuat seseorang lalai, yang dapat menghantarkannya menjadi tidak merasakan lalai yang terjadi pada agama dan dunianya.
  • Sengaja lalai dan memilih untuk lalai dengan sadar. Hal ini ia lakukan dengan berzikir dan terjaga itu asing bagi kebiasaan jiwanya yang sakit serta berkuasa hawa nafsunya yang buta. Seperti orang yang mabuk yang tak ingin sadaar dari mabuknya, ia tidak meemikirkan apapu.
Kelalaian itu bisa pula terjadi karena direncanakan oleh pihak lain, yang ditujukan untuk mengamankan ketundukannya kepada pihak lain itu atau untuk mendapatkan sesuatu yang tidak munkin didapatkan jika pihak lalai itu tersadar. Ini adalah yang dinamakan dengan proses pelalaian. Contohnya, tindakan setan yang melalaikan manusia sehingga manusia berjalan di belakang setan itu bagai kucing buta. Juga seperti tindakan musuh-musuh islam yang sengaja membuat kaum muslimin lalai terhadap kondisi kekiniannya serta masa lalunya untuk menjamin ketundukan kaum muslimin terhadapnya da mengambil kekayaannya.

Oleh karena itu, pembicaraan kita tentang kelalaian dalam lembaran-lembaran ini akan ditujukan kepada jenis terrteentu dari jenis-jenis kelalaian ini.
  • Orang yang tidak mengetahui kondisi hatinya, apakha sakit atau sehat,adalah orang lalai.
  • Orang yang tidak hati-hati terhadaapp tipu daya setan adalah orang yang lalai.
  • Orang yang tidak mengetahui jalan keselamatan adalah orang yang lalai.
  • Orang yang menyia-nyiakan umurnya secara tidak berguna adalah orang yang lalai.
  • Orang yang tidak mau mencapai hal-hal yang tinggi dan senang perkara yang rendah adalah orang yang lalai.
  • Orang yang sengaja terhadap kebenaran dan terus tenggelam dalam kebatilan adalah genai agamaorang buta.
  • Orang yang membiarkan musuhnya untuk menuntunnya kepada arah yang tidak ia ketahui adalh orang lalai.
  • Dan seterusnya….
Penbicaraan kita dsini adalah tentang kelalaian sebagai fenomena dan penyakit yang mengenai urusan agama dan dunia secara umum.
Dalam masalah-masalah akhirat, kelalaian itu adalah dalam bentuk kelalaian terhadap tantangan-tantangan kontemporer, kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh kaum muslimin, tteri-siakannya energy, menyibukkan dir dengan sesuatu yang membuat tersia-siakannya sesuatu yang berguna atau menyibukkan diri dengan ssuatu yang kurang penting dari sesuatu yang lebih penting, dan seterrusnya.
Manusia secra umum mempunyai indra, akal dan pandangan hati. Allah swt. menciptakan semuanya dengan tujuan. Maka dari itu, siapakah orang yang berusaha untuk meraih tujuannya itu ?
Tentu tidak diragukan lagi bahwa jawabannya mengagetkan. Manusia sudah tidak memahami apa makna hafal itu. Sehingga, mereka membatasi makna lalai dengan amat sempit, yang sesuai dengan hawa nafsu mereka yang sakit dan kebisaan mereka yang rendah sehinga mereka menamakan seseorang sebagai mughaffal.
Penamaan ini dilakukan jika ia adalah orang yang bodoh dan tidak pintar atau berada dalam barisan orang-orang yang terbelakang dalam masalah dunia. Ini adalah keslaha besar karena kelalaian itu banyak jenisnya. Sebelum membahas hal-hal yang lain, kita menampilkan jeniss-jenis ini guna mengetahui penyakit dan mendiagnosisnya sebelum mengobatinya.
saya mengetahui kejhatan bukan untuk kejahatan, tetapi guna untuk menjaga diri darinya,
Karena siapa yang tidak mengetahui kejahatan manusia, niscaya ai akan jatuh di dalamnya.
Hal ini juga dilakukan agar kita tidak sampai mengobati orang dengan operasi, padahal bisa ia diberi minum obat sirup. Sehingga, setiap orang yang sakit mendapatkan obatnnya yang sesuai. Hanya kepada Allah-lah kita memohon.
2. Jenis-Jenis Kelalaian
Tadi kami telah memaparkan bahwa kelalaian itu adalah semua tindakan yang tindakan yang kurang dalam mencapai tingkatan sempurna dan menyibukkan diri dengan hal lain serta melupakan tujuan utama atau menyibukkan diri dengan sesuatu dengan sesuatu yang tidaak penting sehingga melupakan yang lebih penting.
Semua Bejana Berisi Dengan Apa Yang Diisikan Kepadanya
Pengertian ini bisa tidak berbeda dengan apa yang terjadi terjadi pada manusia. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa orang yang meninggalkan sesuatu yang banyak serta baik, lalu memilih melakukan sesuatu yang buruk dan berbahaya adalah orang yang lalai. Namun, perbedaan pendapatnya adaa dalam masalah tujuan utama. Hal ini bebeda-beda antara satu orang dan orang lain. Orang yang mencintai harta tujuannya adalah harta , orang yang menyenangi syahwatnya tujuannya adalah syahwat, pecinta jabatan tujuannya adalah jabatan, penyembah Allah tujuannya adalah Allah, dan masing-masing bejana itu terbentuk itu sesuai denan isinya, dan semua orang menyanyikan kesenangannya.
Mereka menganggap kemuliaan itu terletak pada usaha mengumpulkan harta, baik yang halal maupun haram, dengan berusaha sekeras munkin meskipun tidak shalat dan tidak mengerti perkara agamanya.
Mereka bisa saja menamakan orang yang ta’at senang beribadah sebagai orang yang lalai yang tidak memiliki jabatan sedikit pun. Contohnya kaum Nuh yang mengatakan

No comments:

Post a Comment